Tips dan Trick

4 Cara Menjadi Ibu Susuan yang Wajib Diperhatikan

Bayi yang baru lahir ke dunia ini, atau disebut juga dengan newborn, membutuhkan ASI eksklusif sebagai asupan nutrisi setiap harinya. ASI sendiri adalah air susu ibu yang sewajarnya dapat diberikan oleh ibu si bayi hingga usia bayi mencapai dua tahun.

Memberikan ASI menjadi kewajiban bagi ibu dan menerima ASI menjadi hak si bayi. Sayangnya, terkadang ada beberapa hal yang menyebabkan ibu tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya. Misalnya saja saat ASI tidak dapat keluar, walaupun sudah distimulasi sedemikian rupa, atau ibu bayi dinyatakan meninggal dunia.

Tentu hal ini tidak baik bagi bayi, karena bayi sangat butuh asupan secepatnya. Untuk itu, diperlukan ibu susuan yang dapat menggantikan ibu kandung si bayi untuk memberikan ASI yang dibutuhkan. Ibu susuan akan dapat sangat membantu pemenuhan nutrisi bagi bayi.

Namun, menjadi ibu susuan tidak boleh sembarangan. Berikut adalah cara menjadi ibu susuan yang harus memenuhi beberapa syarat terlebih dahulu:

1. Berasal dari Keluarga

Cara menjadi ibu susuan yang pertama adalah harus berasal dari keluarga si bayi. Hal ini amat penting, karena berkaitan dengan riwayat atau asal-usul calon ibu susuan.

Tak hanya sehat, calon ibu susuan pun harus diketahui dengan jelas identitasnya. Oleh karenanya, pemilihan ibu susuan yang berasal dari keluarga sendiri lebih diutamakan, karena hampir pasti diketahui dengan baik kondisi dan identitas calon ibu susuan tersebut.

Pemberian ASI pun dapat dilakukan dalam dua cara, yakni dengan DBF atau direct breast feeding atau menyusui secara langsung atau melalui ASI perah. Keduanya sama-sama diperbolehkan, namun dengan menyusui secara langsung tentu memberikan manfaat yang lebih kepada bayi, seperti kemampuan pelekatan yang baik dan bayi dapat merasa lebih tenang, karena merasa seperti disusui oleh ibu kandungnya.

Juga, menyusui ini akan membutuhkan waktu yang panjang, yakni sampai usia bayi mencapai dua tahun, agar nutrisi yang didapatkan bayi dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan bayi. Untuk itu, perlu sekali menjadi ibu susuan yang jelas asal-usul serta identitasnya.

2. Ibu Susuan Sehat

Setelah asal usul dan riwayat ibu susuan sudah jelas, selanjutnya yang harus dipenuhi syaratnya adalah masalah kesehatannya. Ibu susuan harus sehat, yang mana berkaitan dengan kualitas ASI yang akan diberikan kepada bayi.

Ibu susuan perlu mengonsumsi jenis makanan yang baik untuk ibu menyusui, agar nutrisi ASI dapat maksimal. Selain itu, menyusui juga merupakan kegiatan yang menguras energi, maka ibu susuan wajib mengonsumsi vitamin agar tidak mudah lelah.

AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) juga menyebutkan bahwa ibu susuan harus lolos skrining kesehatan layaknya orang yang akan mendonorkan darahnya, yakni bebas dari penyakit:

  • Hepatitis B dan C

Ibu susuan penderita hepatitis B dan C yang menyusui bayi memang tidak menularkan penyakitnya melalui aktivitas menyusui secara langsung. Namun, partikel-partikel kecil dari penyakit tersebut, seperti HBSaG, HBeAg dan DNA HBV akan tetap berada di dalam ASI.

  • HIV

Semua tahu bahwa penyakit HIV adalah salah satu penyakit yang mematikan dan menular, jika tidak ditangani dengan benar. Ibu susuan dengan penyakit HIV tentu tidak direkomendasikan untuk memberikan ASI kepada bayi, walaupun sebenarnya boleh saja menyusui bayi hingga usia bayi enam bulan, dengan syarat ibu susuan harus tetap melakukan perawatan dan pengobatan untuk penyakitnya dan bayi dipantau terus kesehatannya.

  • CMV

CMV merupakan singkatan dari sebuah virus yang bernama cytomegalovirus, yang mana virus ini dapat bertahan seumur hidup di dalam tubuh. Ibu susuan yang mempunyai virus ini tidak diperbolehkan untuk memberikan ASI, karena ASI dapat menjadi salah satu media penularan CMV.

  • Sifilis

Sifilis merupakan nama lain dari penyakit raja singa, yang mana merupakan salah satu penyakit menular seksual. Salah satu cara penularan sifilis adalah melalui luka yang dapat terjadi juga pada puting ibu susuan ketika menyusui bayi.

3. ASI Memenuhi Syarat

Selain ibu susuan yang harus terpenuhi syaratnya, ASI yang akan diberikan kepada bayi pun juga harus memenuhi syarat. Logikanya, jika ibu susuan sehat, maka ASI akan sehat.

Ternyata, bisa jadi tidak seperti itu. Ibu susuan yang sehat dan menyusui secara DBF akan memberikan ASI yang sehat pula kepada bayi.

Namun, sedikit berbeda dengan ibu susuan yang memberikan ASInya dengan cara diperah. ASI yang diperah harus dipasteurisasi atau dipanaskan terlebih dahulu sebelum diberikan kepada bayi.

Jangan salah, memanaskan ASI perah tidak hanya sekedar merendamnya dengan air hangat saja. Ada teknik flash heating yang harus digunakan untuk memanaskan ASI perah, yaitu dengan cara:

  • Didihkan air hingga muncul gelembung-gelembung kecil, kemudian matikan kompor. Setelah itu, letakkan ASI yang berada dalam botol tahan panas ke air tadi dan diamkan selama kurang lebih 30 menit.
  • ASI diletakkan ke dalam botol tahan panas, kemudian taruh botol tersebut dalam panci. Isi panci dengan air hingga seluruh permukaan botol ASI perah terendam sempurna dan panaskan hingga muncul gelembung-gelembung kecil, kemudian matikan kompor.

4. Ada Perjanjian

Menjadi ibu susuan tidak bisa langsung begitu saja dilaksanakan. Terdapat perjanjian atau akad persusuan yang terlebih dahulu harus disusun.

Perjanjian tersebut antara lain meliputi:

  • Berapa lama penyusuan akan dilakukan
  • Kondisi bayi diterima oleh ibu susuan
  • Jelas di mana tempat untuk melakukan penyusuan
  • Menyepakati besaran upah
  • Ibu susuan hanya menyusui dan bukan merawat bayi

Ya, memang benar bahwa tugas ibu susuan memang hanya membantu menyusui bayi saja dan kemudian diberikan upah. Jika orang tua kandung bayi juga kerepotan dalam mengurus bayi, hendaknya orang tua kandung bayi mengikuti tips memilih pengasuh anak, yang mengetahui pula cara yang baik menasehati anak, agar tidak salah pilih.

Atau jika bayi merupakan anak berkebutuhan khusus, maka carilah juga pengasuh yang mengetahui cara menghadapi anak berkebutuhan khusus. Selanjutnya, besaran upah yang diberikan untuk ibu susuan dapat berbeda, karena terkadang ada juga ibu susuan yang memiliki niat hati yang tulus untuk menolong dan tidak mengharapkan imbalan.

Padahal, upah yang disarankan dalam perjanjian atau akan persusuan adalah upah berupa uang. Jika ibu susuan menolak upah berupa uang, maka dapat diberikan upah dalam bentuk lain, seperti makanan, pakaian, atau minuman.

Share
Published by
Wijna Akila

Recent Posts

7 Zodiak yang Suka Gaya Hidup Mewah

Percaya atau tidak, zodiak sedikit banyak mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan manusia. Mulai dari sifat,…

2 months ago

10 Kelemahan Wanita Aries yang Membuat Dirinya Sendiri Kesal

Wanita berzodiak aries umumnya memiliki beberapa kelebihan yang patut dibanggakan. Kelebihan wanita aries, di antaranya…

3 months ago

7 Penyebab Wanita Menjadi Gemuk setelah Melahirkan dan Cara Mengatasinya

Melahirkan merupakan salah satu momen dalam kehidupan seorang wanita yang sangat menakjubkan. Melahirkan tak hanya…

3 months ago

Wanita Frigid: Ciri, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kesehatan dalam semua aspek harus menjadi yang utama. Apalagi jika menyangkut permasalahan kehidupan seksual. Sering…

4 months ago

3 Manfaat Buah Kentang untuk Kecantikan dan Cara Membuatnya

Kentang merupakan salah satu hasil pertanian yang tumbuh subur dan melimpah di Indonesia. Kentang juga…

5 months ago

4 Manfaat Buah Lemon untuk Kecantikan

Di tengah maraknya aksi boikot terhadap beberapa merk terkenal, termasuk merk untuk produk-produk kecantikan, sudah…

5 months ago