Berbagai macam suku ada di Indonesia, salah satunya adalah suku Jawa. Perempuan-perempuan suku Jawa dikenal sebagai perempuan yang kalem dan memiliki kesopanan yang tinggi yang merupakan simbol kelebihan wanita Asia yang tak dimiliki wanita-wanita dari benua yang lainnya. Tidak hanya itu, perempuan Jawa juga dikenal sebagai perempuan yang kalem.
Namun, tidaklah patut jika kita hanya menyebutkan kelebihan-kelebihannya saja, tetapi perempuan-perempuan Jawa tetaplah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Mereka juga tetap memiliki beberapa kekurangan dalam dirinya. Apa saja kelebihan dan kekurangan wanita Jawa? Jika kalian seorang wanita Jawa, wajib baca ulasannya disini.
- Inner beauty yang memancar
Kelebihan wanita Jawa adalah selalu terlihat enak dipandang dan terkesan cantik dan menarik. Gurat wajahnya memancarkan kecantikan dalam dirinya. Tidak hanya itu, ditambah kulit sawo matangnya membuatnya terlihat hitam manis. Tak salah jika Jawa menjadi pusat kota dengan perempuan tercantik di Indonesia. Kecantikannya ini tak hanya terlihat dari luarnya saja, namun juga terpancar dari dalam dirinya.
Sejak kecil wanita Jawa telah dibiasakan untuk selalu menaati adat, berpakaian sopan dan penyabar. Dengan selalu berpakaian sopan dan dandanan yang tak berlebihan merupakan salah satu kriteria penampilan fisik wanita yang disukai pria. Jadi, tak heran jika banyak wanita Jawa yang menjadi istri idaman.
Meskipun memiliki inner beauty yang terpancar, namun tak semua wanita Jawa juga memiliki kecantikan yang alami. Apalagi saat jaman sekarang ini. Banyak anak-anak Jawa tak dididik seperti dahulu yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Tak sedikit diantara mereka yang berperilaku kurang bagus. Gadis-gadis Jawa seperti inilah yang membuat pesona gadis Jawa menjadi kurang bagus.
- Berkerpibadian penurut dan patuh
Menjadi wanita Jawa berarti menjadi wanita yang penurut dan patuh. Hal ini karena sedari kecil mereka terbiasa diajarkan kesopanan dan budi luhur. Menghormati kepada yang lebih tua dan tidak boleh membantah. Meskipun menjadi penurut dan patuh, tak seharusnya wanita Jawa harus tetap terkurung di rumah. Menjadi penurut tidaklah semudah yang dirasakan perempuan Jawa, apalagi pada jaman terdahulu.
Perempuan harus berada di rumah dan tak diperbolehkan mendapatkan pendidikan tinggi. Mereka harus patuh kepada ayah dan suaminya. Jaman telah berubah, wanita Jawa kini menjadi wanita yang mandiri dan telah dapat mengenyak hingga pendidikan tinggi. Meskipun begitu, menjadi wanita Jawa tetaplah harus patuh terhadap ayah dan suaminya hanya dengan sesuai perintah agama dan norma yang berlaku. [AdSense-B]
- Mengalah dan menerima keadaan
Wanita Jawa tidaklah suka bertengkar dan cinta damai. Mereka tak menyukai adanya pertengakaran. Sifat dasarnya yang sungkan yang membuat nya menjadi suka mengalah dalam berbagai hal. Mereka tak menyukai perdebatan yang tidak dapat menyelesaikan masalah.
Hal ini menunjukkan bahwa wanita Jawa lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi. Namun meskipun begitu, sifat mengalah dan sungkan ini membuat sebagian wanita Jawa sering menerima kekerasan dalam rumah tangga.
Mereka lebih baik mempertahankan rumah tangga yang tak sehat demi pertumbuhan anak-anak dan utuhnya rumah tangga dari pada harus berpisah.
Alhasil, mereka sering mendapatkan penganiayaan. Selain itu, wanita Jawa menerima segala keadaan, baik susah maupun senang. Hal ini juga yang membuat banyak wanita Jawa berada di bawah garis kemiskinan. Mereka menerima nasib yang diberikan oleh Allah dan sabar dalam menjalani kehidupan.
- Kesederhanaan adalah kunci hidup
Tak suka berlebih-lebihan dalam segala hal selalu dijunjung oleh wanita-wanita Jawa. Bukan mereka tak memiliki harta yang melimpah, karena sifat sungkan yang mendasari kehidupan membuat wanita Jawa selalu tampil sederhana. Hidup sederhana adalah kunci dasar untuk dapat berkumpul dengan semua kalangan. Mereka tak suka memamerkan harta yang dimilikinya. [AdSense-A]
Selalu tampil sederhana justru adalah cara tampil cantik dan menawan ala wanita Jawa. Hal inilah yang membuat masyarakat Jawa tetap hidup rukun. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, kadang mereka enggan mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan kepuasana suatu layanan.
Hal inilah yang membuatnya terkesan pelit. Mereka menginginkan mendapatkan keuntungan setinggi-tinggi dengan modal serendah-rendahnya. Inilah yang kadang membuat wanita Jawa sulit untuk maju dalam usaha.
- Telaten dan cekatan
Falsafah alon-alon waton kelakon yang memiliki arti pelan-pelan asal terlaksana menggambarkan sifat wanita Jawa yang telaten dan tak terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan dan selalu bertindak hati-hati dalam segala hal. Cara menjadi wanita yang lemah lembut selalu ditanamkan kepada anak-anak Jawa. Meskipun pelan-pelan, namun wanita Jawa juga cekatan.
Mereka mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari sepanjang waktu tanpa mengeluh. Meskipun begitu, menjadi wanita Jawa seperti tidak ada waktu untuk istirahat dengan tenang.
Mulai bangun pagi hingga tidur malamnya penuh dengan pekerjaan. Ini lah yang membuat kepercayaan masyarakat Jawa bahwa wanita hanya boleh bekerja di dapur. Pemikiran seperti inilah Kartini pada dahulu menentangnya.
- Bertutur kata lembut
Terbiasa dengan bahasa Jawa Krama Inggil, membuat wanita Jawa terbiasa bertutur kata lembur dan tidak keras. Sejak lahir, wanita Jawa telah ditempa cara menjadi wanita kalem, namun tetap mandiri.
Dalam tata bahasa Jawa, terdapat tiga tingkatan bahasa menurut orang yang paling dihormati. Kepada orang yang lebih tua atau orang yang dihormati menggunakan bahasa yang paling tinggi yaitu bahasa Jawa Krama Inggil.
Sedangkan untuk sesama teman menggunakan bahasa Jawa Krama Madya dan untuk umur dibawahnya menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Hal inilah yang menyebabkan wanita-wanita Jawa bertutur kata lembut. Terkenal akan tutur kata yang lembut seperti ini, membuat wanita Jawa terlihat menjadi wanita lemah dan kurang tegas.
Selain enam poin diatas, masih banyak sekali kelebihan wanita Jawa. Tidak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Sang Maha Pencipta. Terlahir di suku apapun, bersyukurlah apapun itu. Kita terlahir di dunia berarti dipercaya untuk dapat hidup saling tolong menolong dan melengkapi. Semoga informasi yang penulis sampaikan pada artikel ini dapat bermanfaat.