Ladies, apakah Anda memiliki anak yang akan atau sudah menikah? Jika ya, sudahkah Anda menjadi ibu mertua yang baik bagi menantu Anda? Rasanya sangat umum terjadi perselisihan antara ibu mertua dan menantu. Bagi menantu, cara efektif meluluhkan hati mertua yang galak merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.
Faktor pencetus perselisihan tersebut bisa datang dari mana saja. Tak jarang, permasalahan antara ibu mertua dan menantu datang dari Anda sebagai ibu mertua yang kerap melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Meminta anak untuk mendahulukan Anda sebagai ibunya daripada pasangannya
- Terlalu ikut campur dalam mengatur pekerjaan rumah tangga anak
- Melakukan sesuatu tanpa seijin menantu
- Selalu membela anak, walaupun yang dilakukan adalah salah
- Masuk ke kamar anak dan menantu seenaknya
- Tiba-tiba datang ke rumah anak dan menantu tanpa memberi kabar terlebih dahulu
- Menyerahkan penyelesaian masalah antara Anda dan menantu kepada anak
- Bertindak agresif
Sadarkah Anda, bahwa perilaku-perilaku tersebut termasuk ciri hubungan tidak sehat alias toxic relationship dan dapat merusak hubungan rumah tangga anak Anda? Sekaranglah saatnya Anda untuk merubah perilaku tersebut.
Lakukan cara-cara di bawah ini untuk dapat menjadi ibu mertua baik.
1. Bersikap Positif
Sifat pertama yang dapat Anda coba untuk menjadi ibu mertua baik adalah dengan bersikap positif yang dibersamai juga dengan sifat menyemangati dan suportif. Anda pasti bisa memiliki sifat ini.
Cara yang paling mudah ialah dengan menahan segala kritik untuk kehidupan rumah tangga anak, baik itu mengenai hal yang tidak disukai dari pasangannya, cara mereka mengurus rumah atau pun hal lainnya. Hindari mengkritik menantu di depan muka dan juga di belakang mereka, misalnya saja menyampaikan kritik untuk menantu di depan teman-teman Anda.
Hindari juga untuk memberikan saran yang tidak perlu. Tanamkan pada diri Anda bahwa jika menantu Anda membutuhkan saran, maka dia akan memintanya sendiri.
Hargai apapun keputusan anak dan menantu, dan selalu berusahalah untuk memberikan dukungan sekecil apapun itu. Terima diri mereka apa adanya dan berikan juga pujian yang tulus.
2. Membantu Jika Perlu
Pada awal pernikahan anak Anda, Anda tentu akan memiliki keinginan untuk membantu mereka. Misalnya memberikan tips menghemat uang makan, membantu mereka membeli sesuatu, mengerjakan perkerjaan rumah tangga, memasak di rumah mereka, membelikan perlengkapan rumah yang kurang, dll.
Namun sadarkah bahwa perilaku tersebut yang berlangsung lama dapat mengganggu anak dan menantu? Mulai sekarang, kurangilah bantuan yang berlebihan. Percayalah kepada anak dan menantu Anda, biarkan mereka belajar mengurus kehidupan mereka sendiri. Terlebih saat awal memiliki anak atau bayi dalam rumah.
Bantulah hanya pada saat anak dan menantu Anda meminta bantuan dari Anda. Jika mereka sudah memintanya, berarti mereka memang sedang benar-benar membutuhkan bantuan. Sah-sah saja jika sesekali Anda datang ke rumah anak dan menantu sambil membawakan makanan, namun ingat, hanya lakukan ini seperlunya saja.
3. Kenali Menantu
Anda tentu sudah dikenalkan dengan menantu sebelum dia menikah dengan anak Anda. Namun, dari beberapa kali pertemuan itu saja belum cukup untuk benar-benar mengenalinya secara mendalam. Anda hanya dapat mengenali menantu Anda dari luarnya saja.
Setelah menikah, ada baiknya jika Anda dapat lebih mengenali menantu Anda. Anda dapat berbincang dengan menantu Anda mengenai hal-hal yang disuka atau tidak suka, apa hobinya, atau Anda dapat melakukan kegiatan bersama, misalnya pergi berdua saja dengan menantu.
4. Turunkan Ekspektasi
Memiliki ekspektasi yang tinggi kerap menjadi salah satu penyebab kekecewaan yang terbesar pada manusia. Maka Ladies, daripada merasakan kekecewaan yang besar karena menantu tidak sesuai dengan harapan atau ekspektasi Anda, mulai sekarang bersikaplah yang realistis saja.
Anda tidak harus menuntut menantu Anda untuk menjadi apa yang Anda inginkan. Dan ingatlah baik-baik bahwa menantu Anda akan berbeda dengan menantu-menantu lainnya yang dimiliki oleh teman-teman Anda.
Berhentilah membanding-bandingkan mereka dan mulailah mendukung setiap kegiatannya serta membangun hubungan yang sehat dengan menantu Anda.
5. Jangan Mencari Kambing Hitam
Dalam setiap hubungan pasti ada permasalahannya, tidak selalu berjalan mulus. Baik itu hubungan dengan keluarga sedarah, dengan teman, apalagi dengan menantu yang datang dari keluarga yang berbeda. Akan ada satu saat di mana bisa saja terjadi kesalahpahaman, miskomunikasi atau perbedaan pendapat antara Anda dan menantu. Pada saat hal ini terjadi, jangan mencari kambing hitam.
Fokus saja pada cara agar permasalahan Anda dengan menantu dapat diselesaikan dengan kekeluargaan. Tanamkan pada diri Anda bahwa perbedaan pandangan merupakan hal yang wajar terjadi. Yakini bahwa menantu Anda juga memiliki hak yang sama dengan Anda dalam mengungkapkan pendapatnya, sehingga pikiran dan hati Anda juga akan ikut terbuka untuk menerima keadaan yang sedang terjadi.