Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan atau Siti Walidah lahir di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 3 Januari 1872 dan wafat di Kauman, Yogyakarta pada tanggal 31 Mei 1946 pukul 13.00 diusianya yang ke-74 tahun. Beliau adalah tokoh pahlawan wanita Indonesia.
Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan lahir dengan nama Siti Walidah adalah putri dari Kyai Haji Muhammad Fadli yang merupakan seorang ulama dan anggota Kesultanan Yogyakarta. Beliau hanya belajar di rumah dan diajarkan aspek tentang Islam yang meliputi bahasa Arab dan Qur’an karena pengaruh adat Jawa yaitu “pingit” adalah adat yang mengharuskan wanita tinggal di rumah sebelum menikah akibat didikan inilah dapat dijadikan tips menjadi wanita yang cerdas dan pintar, serta cara menjadi wanita cerdas. Beliau dapat membaca Al-Qur’an dengan naskah jawa.
Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan memperoleh nama “Ahmad Dahlan” setelah menikahi sepupunya yang bernama Ahmad Dahlan. Ahmad Dahlan saat itu sedang sibuk mengembangkan Muhammadiyah sehingga beliau mengikuti perjalanan suaminya.
Namun, menurut beberapa orang ajaran Ahmad Dahlan disebut radikal sehingga pasangan ini kerap mendapatkan ancaman. Salah satu ancaman yang mereka terima adalah diancam dibunuh oleh kaum konservatif di Banyuwangi saat akan melakukan perjalanan ke Banyuwangi, Jawa Timur. Dari beliau dapat belajar cara menjadi wanita yang untuk pasangan.
Pada tahun 1914, pasangan suami istri ini mendirikan Sopo Tresno yang kegiatannya membaca dan mendiskusikan arti Al-Qur’an. Beliau juga mengajarkan baca tulis untuk perempuan di Sopo Tresno. Pasangan suami istri ini memperlambat persebaran Kristen di Jawa.
Pasangan suami istri ini membahas peresmian Sopo Tresno sebagai kelompok perempuan dengan beberapa pemimpin Muhammadiyah lainnya. Proposal pertama diajukan untuk pergantian nama Sopo Tresno menjadi Fatimah tetapi, ditolak. Kemudian mempertimbangkan nama Aisyiyah yang diambil dari nama istri Nabi Muhammad lalu hal ini disepakati dengan beliau menjadi pemimpinnya. Kelompok ini diresmikan pada tanggal 22 April 1917. 5 tahun kemudian kelompok ini menjadi bagian dari Muhammadiyah.
Melalui Aisyiyah, beliau mendirikan sekolah dan asrama putri. Sekolah ini belajar aksara dan program pendidikan Islam bagi perempuan. Beliau juga berkhotbah menolak kawin paksa. Berbeda dengan tradisi Jawa yang patriarki, menurut beliau perempuan adalah mitra untuk suaminya. Sekolah ini mendapat pengaruh ideologi beliau yaitu catur pusat. Catur pusat adalah pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat ibadah. [AdSense-B]
Setelah tahun 1923 Ahmad Dahlan meninggal dunia, beliau masih aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah. Pada tahun 1926, ia memimpin Kongres Muhammadiyah di Surabaya yang ke-15. Beliau menjadi perempuan pertama yang pernah memimpin konferensi tersebut. Konferensi tersebut diliput oleh media-media besar salah satunya adalah Pewarta Surabaya dan Sin Tit Po sehingga banyak perempuan yang ikut Aisyiyah.
Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan memimpin Aisyiyah sampai pada tahun 1934. Pada 10 September 1943, Aisyiyah dilarang oleh militer Jepang tetapi, beliau tetap bekerja di sekolah-sekolah dan berjuang agar para murid tidak menyembah matahari dan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang. Pada zaman Revolusi Nasional Indonesia, beliau membawakan sup dari rumahnya sambil mempromosikan dinas militer kepada para mantan muridnya. Beliau juga berpartisipasi dalam diskusi tentang perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno.
Pada 10 November 1971, beliau dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soeharto. Penghargaan tersebut diterima oleh cucunya. Beliau disandingkan dengan Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Kisah beliau difilmkan sebanyak 2 kali yaitu Sang Pencerah pada tahun 2010 disutradai oleh Hanung Bramantyo dan Nyai Ahmad Dahlan pada tahun 2017 disutradai oleh Olla Atta Adonara. Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan mempunyai 6 orang anak dari perkawinannya dengan Ahmad Dahlan. Adapun fakta-fakta tentang beliau adalah sebagai berikut : [AdSense-A]
1. Asli Yogyakarta
Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan adalah perempuan yang lahir di Yogyakarta tepatnya di desa Kauman. Beliau pun menutup matanya juga di desa Kauman, Yogyakarta.
2. Puteri Seorang Kyai
Terlahir dengan nama asli Siti Walidah merupakan seorang puteri dari Kyai.
3. Anggota Kesultanan
Selain seorang kyai, ayah beliau yang bernama Haji Muhammad Fadli adalah ulama dan anggota Kesulatanan Yogyakarta. Artinya, beliau dari keluarga penting di Keraton Yogyakarta.
4. Patuh dengan Adat Jawa
Salah satu ciri khas dari adat Jawa adalah adanya “pingit” yang artinya anak perempuan tidak boleh keluar rumah sembarangan sebelum menikah. Karena beliau patuh dan kental dengan adat Jawa sehingga beliau melakukan aktivitas belajar hanya di rumah dan karena beliau dari keluarga ulama, beliau hanya belajar tentang bahasa Arab dan Al-Qur’an.
5. Membaca Al-Qur’an dengan Naskah Jawa
Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan dapat membaca AL-Qur’an dengan naskah Jawa.
6. Asal-Usul Ahmad Dahlan
Nama asli beliau adalah Siti Walidah, karena beliau menikah dengan Ahmad Dahlan yang adalah sepupunya sendiri sehingga di belakang nama beliau ditambahkan “Ahmad Dahlan”.
7. Sering Mendapat Ancaman
Pasangan suami istri ini berjuang bersama-sama dan tidak sedikit mendapatkan ancaman karena menurut beberapa orang ajaran Muhammadiyah yang diajarkan oleh suami beliau terbilang cukup radikal.
8. Pendiri Sopo Tresno
Sopo Tresno didirikan oleh beliau dengan kegiatannya adalah membaca dan mendiskusikan isi Al-Qur’an. Sopo Tresno didirikan untuk kaum wanita dan resmi berganti nama menjadi Aisyiyah pada 22 April 1917.
9. Menolak Kawin Paksa
Nyai Hj Siti Walidah Ahmad Dahlan sangat menolak kawin paksa terbukti beliau pernah berkhotbah tentang tolak kawin paksa.
10. Dinobatkan Sebagai Pahlawan Indonesia
Pada 10 November 1971, beliau dianugerahi sebagai pahlawan Indonesia oleh Presiden Soeharto sehingga beliau termasuk wanita berpengaruh di Indonesia.
Itulah ke-10 fakta dan kisah dari beliau yang menginspirasi wanita masa kini. Beliau termasuk tokoh perempuan paling berpengaruh di dunia dan tokoh wanita dunia islam versi Indonesia.